Sabtu, 08 Maret 2014


Menjajal Kekuatan Kopassus VS Gurkha



Ternyata tentara gurkha itu punya saingan yaitu KOPASSUS dari Indonesia, ini adalah pernyataan salah satu komandan satuan tersebut yang bernama Letnan Phillips. Dia menceritakan bahwa antara KOPASSUS dan Gurkha merupakan satuan anti teror yang sangat di rahasiakan keberadaannya, dan bahkan aspek komunikasi antara satuan sangat rahasia sekali.
Badge Gurkha
Letnan Phillips mengatakan saat Inggris pernah menjajal kekuatan Pasukan Khususnya di Kalimantan dekat perbatasan Malaysia & Indonesia, ternyata KOPASSUS lebih sigap & lebih licik dari yang mereka duga, saat itu beberapa Pasukan Gurkha Inggris mati dengan taktik perang Hutannya. Dan saat duel satu lawan satu Tentara Gurkha mati dengan di tikam di bagian lambung sebelah kanan dan dengan leher kanan belakang di tusuk jarum pentul yang di bawa oleh Kopassus tersebut.
Semenjak saat itu Inggris menganggap misi tersebut harus segera di stop, karena bisa membuat tentara kwalahan akibat perang hutan yang mencapai hampir 2 bulan tersebut.

Satuan Tugas Rajawali Kompi Pemburu [Kopassus]
Spoiler for tentara: 

Tentang kompi pemburu Rajawali yang bertugas di Timor-Timur (Timor Leste Sekarang) sekedar mengenang perjuangan prajurit-prajurit yang bertempur untuk negara tanpa pernah bertanya untuk apa mereka berjuang..
Pembentukan
Brevet Pemburu
Pasukan rajawali dibentuk tahun 1995 bertugas terakhir tahun 1998 setelah itu dibubarkan karena katanya terlalu hunter killer, fretilin tidak mau kontak dengan pasukan ini karena dijamin pasti rugi dan pasukan ini bersifat mobile jadi tidak pernah mau bawa tawanan.
Pasukan Rajawali terdiri dari 10 kompi pemburu ( 2 kompi Parako Kopassus, 3 Kompi Marinir TNI AL dan 5 Kompi Yonif TNI AD) ditambah staf untuk Denpur Mobile dan Staf Koops.
Pendidikan (Pratugas) dilaksanakan di Pusdik Passus selama 3 bulan dengan materi utama mengesan jejak, patroli jarak jauh, pertempuran hutan gunung, pertempuran jarak dekat, bunuh senyap, penyergapan/penghadangan, serangan bivak, serangan mobile udara (air assault) dll. Selama latihan di Pusdik Passus tidak mengenal peluru hampa, semua latihan dilakukan dengan amunisi tajam (live ammunition).Latihan dilaksanakan dengan keras (tentara Inggris yang pernah ikutan latihan langsung menyerah).
Perlengkapan :

Senjata :
Spoiler for senjata: 



Pistol Pindad P1
Pstol Sig Sauer P226
Pistol Mitraliur HK MP5SD
M249 buatan belgia
Senapan Serbu SS1
Senapan Serbu M16A1 dengan Pelontar Granat M203
Senapan Serbu AK 47
Minimi M249 Mk1
M60 GPMG
Styer SSG 69 Sniper rifle
Granat GT5 PE
Granat K75
Flash bang
Magasen 8 buah (peluru cadangan 440 butir sekali bawa) per orang
Tabung Pelontar / Granat senapan 2 buah per orang
peluru GLM40mm 6 butir per pucuk untuk grenadier

Alat optik :
Kompas
Teropong 7x50
Teropong 6x30
NVG (Night Vision Google)
GPS Maggelans

Perlengkapan perorangan: 30 items

Perlengkapan tambahan :
Penjernih air portabel
Hammock
Sleeping Bag
Matras
Tali carmantel 20m + eight decender, carabiner, holster
Rompi anti peluru
Helm Kevlar
Pisau survival Aviator
Kantong mayat
Alat pertolongan pertama perorangan

Penugasan :
Pasukan Rajawali dibagi dalam 3 detasemen tempur, masing-masing detasemen dibagi dalam 3 kompi pemburu (tiap kompi 125 orang anak muda),pasukan bergerak dalam team yang terdiri dari 1 perwira dengan 24 orang anggota. Team biasanya dipecah lagi menjadi 4 unit kecil yang bergerak dengan tehnik jaring laba-laba, musuh yang masuk dijamin pasti matek ona (mampus dlm bahasa tetun). Unit bergerak dalam 4 poros saling melindungi, tiap poros ada satu grendier sebagai senjata penghancur. Pasukan Rajawali tidak pernah membawa minimi karena terlalu berat untuk dibawa berlari memburu krebo-krebo hutan.

Kopassus vs SAS-Inggris
SAS Inggris pernah dipecundangi RPKAD (Kopassus)
Spoiler for vs sas: 

Ini cerita tentang the first British SAS soldiers killed by a South East Asian soldier (yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari RPKAD/Kopassus )

Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malingsial. Lokasi pertempuran di desa Mapu, Long Bawan, perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah.

Saat itu batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja terbentuk. batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke kalimantan barat. Mereka mendarat di Pontianak bulan Februari 1965, dan segera setelah itu mereka berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang jaraknya puluhan kilometer dari lapangan terbang.
Tentara SAS Gabungan
Pos Balai Karangan merupakan pos terdepan TNI yang sebelum kedatangan RPKAD dijaga oleh infanteri dari batalion asal Jatim. Sekitar 1 km di depan pos Balai Karangan adalah pos terdepan tentara Inggris di desa Mapu yang dijaga oleh satu kompi British paratrooper dan beberapa orang SAS. Menyerang pos inilah yang menjadi misi khusus batalion RPKAD. Pos Mapu tersebut sering digunakan sebagai transit bagi personel SAS yang akan menyusup ke wilayah Indonesia. TNI ingin hal ini dihentikan dengan langsung melenyapkan pos tersebut.

Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak jauh. Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya yang kira-kira terpisah sejauh 32 km.

Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan untuk melakukan misi reconnaisance untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas. Mereka juga memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan bagi penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya.

Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin melakukan pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut berpapasan tanpa sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan membuyarkan rencana penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat berhati-hati dalam menjalankan misinya. Bahkan mereka menggunakan seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk mengelabui musuh apabila terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak dalam misi recon tersebut.

Logo SAS British
Setelah sebulan mempersiapkan penyerangan, pada 25 April 1965 gladi bersih dilakukan. Dari tiga kompi RPKAD yang ada di pos Balai Karangan. Komandan batalion, Mayor Sri Tamigen, akhirnya memutuskan hanya kompi B (Ben Hur) yang akan melakukan penyerangan. Sementara 2 kompi lainnya tetap berada di wilayah Indonesia untuk berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.

Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia, dan Bangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau.

Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa Mapu pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur posisi seperti strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya.

Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi oleh kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk merebut pos ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut dan bertarung jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar perimeter tidak akan menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia lubang-ubang perlindungan yang sangat kuat.

Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui penyerangan tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan gerakan puluhan prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar pos tersebut.

Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar ke tiga arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka serangan sekaligus penarik perhatian. Kedua peleton lainnya akan bergerak dari samping/rusuk dan akan menjebol perimeter dengan bagalore torpedoes agar para prajurit RPKAD bisa masuk ke dalam dan melakukan close combat.

Pada jam 0430 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka serangan dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan musuh. Segera setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore torpedoes mereka dan terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos tersebut. Puluhan prajurit RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke dalam pos untuk mencari musuh.

Tentara SAS-British Action
Prajurit Inggris berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena tidak siap dan sangat terkejut karena mereka tidak menduga akan diserang pada jarak dekat. Apalagi saat itu sebagian rekan mereka sedang keluar dari pos untuk berpatroli. Yang tersisa adalah 34 prajurit Inggris. Hal ini memang telah dipelajari recon RPKAD, bahwa ada hari-hari tertentu dimana 2/3 kekuatan di pos tersebut keluar untuk melakukan patroli atau misi lainnya. Dan hari itulah yang dipilih untuk hari penyerangan.

Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun pertahanan. Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus melakukan pertempuran jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD terkena tembakan dan gugur. Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan berhasil menewaskan beberapa tentara Inggris dan melukai sebagian besar lainnya. Tentara Inggris yang tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru terakhir mereka habis karena mereka telah terkepung.

Diantara yang terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang brutal tersebut adalah seorang anggota SAS. Ini adalah korban SAS pertama yang tewas ditangan tentara dari ASEAN. Namun sayangnya Inggris membantah hal ini. Bahkan dalam buku karangan Peter Harclerode berjudul "Para! Fifty Years of the Parachute Regiment halaman 261 pemerintah Inggris malah mengklaim mereka berhasil menewaskan 300 prajurit RPKAD dalam pertempuran brutal tersebut. Lucunya klaim pemerintah Inggris ini kemudian dibantah sendiri oleh penulis buku tersebut di halaman 265, ia menyebutkan bahwa casualties RPKAD hanya 2 orang. Secara logis memang angka 300 tidak mungkin karena pasukan yang menyerang hanya satu kompi. Pemerintah Inggris melakukan hal tersebut untuk menutupi rasa malu mereka karena dipecundangi tentara dari dunia ketiga, bahkan salah satu prajurit dari kesatuan terbaik mereka ikut terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit RPKAD yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena mereka mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta bala bantuan Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak sempat mengambil tawanan karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju mereka.

Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita oleh rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran mendapatkan promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi hadiah pemotongan masa tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan Presiden Soekarno pada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1965.

Itulah cerita heroik batalion 2 RPKAD, cikal bakal Grup 2 Kopassus.


30 Tentara Hantu Indonesia Kalahkan 3.000 Gerilyawan Kongo 

  Kiprah Pasukan Garuda menuai prestasi. 167 Prajurit TNI di Haiti yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXII-B/MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haiti) menerima penghargaan Medali PBB.

Pasukan perdamaian dari Indonesia selalu bisa diterima dengan baik di negara penugasan.
 Sejak Kontingen Garuda I bertugas di Mesir tahun 1957, sejak itulah pasukan baret biru di bawah PBB ini mengharumkan nama bangsa.

Ada cerita menarik soal Pasukan Garuda. 30 Pasukan Garuda berhasil membekuk 3.000 gerilyawan di Kongo berbekal akal bulus dan kecerdikan.



Ceritanya, Desember 1962 di Kongo sedang bergolak. Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris berangkat sebagai pasukan perdamaian di bawah
 UNOC (United Nations Operation in the Congo).

Saat itu kelompok milisi di bawah pimpinan Moises Tsommbe ingin lepas dari pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu. Rakyat sipil pun segera menjadi korban pertikaian antar milisi dan tentara pemerintah.


Pasukan Garuda III segera dikenal karena keluwesannya bergaul. Banyak Singkong di Kongo, pasukan
 TNI pun mengajarkan bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue, serta menyayur daun singkong sehingga enak dimakan. Selama ini rakyat Kongo hanya mengolah singkong menjadi tepung yang rasanya tidak enak.

Suatu hari, terjadi serangan yang dilakukan 2.000 gerilyawan Kongo ke markas Pasukan Garuda. Saat itu markas hanya dipertahankan 300 tentara. Setelah baku tembak berjam-jam, gerilyawan dapat dipukul mundur. Untungnya tak ada korban di pihak Indonesia.


Serangan balasan pun segera dirancang untuk menangkap para pemberontak. Letjen Kemal Idris menceritakan hal ini dalam buku biografi, Kemal Idris, bertarung dalam revolusi terbitas Sinar Harapan.


"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang
 menyamar sebagai hantu," beber Kemal Idris.

Kemal tahu 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul.
 Mereka takut pada hantu spritesses yang digambarkan berwarna putih dan melayang-layang di waktu malam. Maka 30 anggota pasukan garuda itu berpakaian jubah putih dan segera menyerang.

"Melihat sosok-sosok putih bergerak-gerak, semangat mereka hilang sama sekali dan segera menyerah,"
 kata Kemal.

Dalam operasi kilat itu, ribuan gerilyawan Kongo ditangkap. Senjata-senjata mereka yang ternyata lumayan canggih disita. Dalam peristiwa itu hanya seorang prajurit TNI yang cidera. Salah seorang gerilyawan yang panik saat digerebek, melemparkan ayam yang tengah dibakarnya pada tentara kita.
"Sejak itu, anggota Garuda III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang," kata Kemal bangga.
Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia mengaku bangga atas keberhasilan pasukan Indonesia menangkap 3.000 lainnya tanpa jatuh korban. Namun dia pun meminta ke depan cara-cara unik seperti itu tidak dilakukan. Karena risiko terlalu besar dan sangat membahayakan



Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi Kopassus adalah bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia. Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. 

Militer Indonesia sesungguhnya mampu menandingi kekuatan Militer Amerika & Russia tetapi Kekuatan militer kita tidak didukung oleh Peralatan Tempur yang memadai. Jika kita sedikit membuka mata kita maka akan terlihat beberapa kelebihan negara kita ketimbang kedua negara Super Power tersebut, ini dia kelebihan tersebut : 

1. KOPASSUS juara satu sniper dalam pertemuan Pasukan Elite Asia Pasific. Dengan hanya mengandalkan senjata buatan Pindad! Nomor 2-nya SAS Australia.

2. KOPASSUS menempati urutan 2 (dari 35) dalam hal keberhasilan dan kesuksesan operasi militer (intelijen - pergerakan - penyusupan - penindakan) pada pertemuan Elite Forces in Tactical, Deployment and Assault di Wina Austria. Nomor satunya
 Delta Force USA.

3. Negara-negara afrika utara hingga barat sekarang memiliki acuan teknik pembentukan dan pelatihan pasukan elite mereka. 80% pelatih mereka dari perwira-perwira KOPASSUS.

4. Pasukan Paspampres Kamboja adalah pasukan
 Elit yang di latih oleh KOPASSUS.

5. Pada perang Vietnam, para tentara Vietkong meniru strategy KOPASSUS dalam berperang melawan Amerika Serikat yang mengakibatkan kekalahan Pasukan Amerika yang mempunyai persenjatan canggih dan lengkap. Kekalahan ini membuat Amerika serikat malu di mata dunia.

6. KOPASSUS terlibat dalam operasi pembebasan sandera dalam pesawat
 Garuda Airline Woyla pada tahun 1981. 

7. Tim Indonesia (KOPASSUS, WANADRI, MAPALA UI, dan FPTI) mendaki puncak Gunung Everest dan berhasil menjejaki kakinya di puncak tertinggi dunia itu di tahun 1997. Pendakian tersebut pun menjadikan Negara Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang menjejaki puncak Gunung Everest.

8. Pasukan khusus kita ( KOPASSUS ) mampu unggul mutlak atas pasukan khusus kedua negara Super Power tersebut seperti FSB Spetsnaz, Russia &
 Navy Seal Amerika, Tim Kopassus yang pernah Juara 1 dalam Asian Pasific Sniper Championship
 
9. KOPASSUS mampu mengalahkan tim Navy Seal Amerika saat mereka latihan bersama 2 tahun yang lalu. Navy Seal ditantang melawan Kopasus dengan hanya menggunakan senjata Uzi saja, Kopassus pun demikian. Maka yang terjadi adalah Kopassus membuat Navy Seal seperti kumpulan Bocah Pramuka.


Pertempuran seru Kopassus dan pasukan elit Inggris di Kalimantan
0

Merdeka.com - Hari ini Komando Pasukan Khusus TNI AD berulang tahun. Banyak cerita menarik seputar operasi militer dan sejarah pasukan elite ini.
Tahun 1963 Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. PresidenSoekarno memerintahkan Panglima TNI menggelar Operasi Dwikora untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia.
Tidak ada pernyataan perang resmi seperti saat operasi militer Trikora merebut Irian Barat. Karena itu TNI tidak mengirim pasukan secara terbuka. Mereka mengirim gerilyawan-gerilyawan untuk membantu Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) yang berperang melawan pemerintah Malaysia.
Walau disebut gerilyawan, sebagian besar anggotanya justru pasukan elite TNI. Seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang disebut Kopassus. Selain itu ada juga Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dari TNI AU. Seragam TNI diganti dengan seragam hijau TNKU. Identitas mereka pun dipalsukan untuk menghapus jejak keterlibatan Indonesia.
"Semua identitas TNI dicabut. Jangan sampai ketahuan kami pasukan TNI. Kami dibuatkan identitas baru, pokoknya kelahiran Kalimantan. Pakaian TNKU hijau-hijau dengan topi rimba," kata Nadi, seorang bintara mantan anggota RPKAD saat berbincang dengan merdeka.com.
Tugas gerilyawan ini mengganggu perbatasan di sepanjang Sabah dan Serawak. Mereka juga bertugas melatih warga Kalimantan Utara tata cara bertempur.
Pasukan Malaysia yang terdesak kemudian meminta bantuan Inggris. Tidak tanggung-tanggung Inggris langsung mengirim sekitar satu batalyon pasukan komando Special Air Services (SAS). Inilah pasukan elitee terbaik Inggris yang reputasinya melegenda ke seluruh dunia. Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia.
Komandan Pasukan Inggris di Malaya, Mayor Jenderal Walter Walker merasa perlu mendatangkan SAS karena merasa hanya pasukan elitee ini yang bisa membendung pasukan gerilya asal Indonesia. Walker tak mau jatuh korban lebih banyak di kalangan Inggris.
Pertempuran antara SAS dan Gurkha melawan gerilyawan TNKU berlangsung seru. Lebatnya rimba Kalimantan menjadi saksi pertempuran yang tak pernah diberitakan media tersebut. Kadang pasukan Inggris mengalahkan gerilyawan TNKU dalam pertempuran. Kadang gerilyawan TNKU yang memukul pasukan SAS dan Gurkha. Sulit untuk mencatat secara pasti data-data pertempuran.
Dalam sebuah pertempuran di Kampung Sakilkilo tanggal 10 Juli 1964, tercatat TNKU meraih kemenangan. Saat itu dua peleton Gurkha melawan satu peleton TNKU. Dalam serangan tersebut, TNKU berhasil menewaskan 20 orang Gurkha tanpa satu pun korban jatuh di pasukan gerilyawan.
Dalam sebuah misi yang lain, kepala Komandan Pasukan Gerilya Mayor Benny Moerdani sempat dibidik penembak jitu SAS. Untungnya SAS tak jadi melakukan tembakan. Kalau gugur di Serawak, tentu Benny kemudian tak akan jadi Panglima ABRI di kemudian hari.
Pasukan Indonesia pun sempat menangkap prajurit SAS dalam sebuah pertempuran. Rencananya tawanan ini akan dibawa ke Jakarta sebagai bukti ada keterlibatan Inggris. Namun karena sulitnya medan, tawanan ini keburu tewas di jalan.
Dari pertempuran di Kalimantan ini pula kemudian SAS belajar mengembangkan taktik gerilya bertempur di hutan. Kalau tak pernah berhadapan dengan pasukan elite Indonesia, mereka tak akan punya taktik ini.



Bangga sebagai bangsa Indonesia yg memiliki prajurit2 terlatih, loyal dan tetap profesional dengan anggaran yg terbatas..BRAVO TNI..!!! 

Pasukan KOMANDO TNI :



1. Kopassus TNI AD : adalah Komando Tempur resmi organisasi pasukan khusus AD sekaligus bala pertahanan pusat TNI. Yang dimaksud adalah selain sebagai organisasi pasukan khusus yang Berdiri Sendiri, Kopassus adalah pusat pendidikan dari semua personel pasukan khusus yang berada di lingkungan AD selain Kopassus dan melaksanakan misi khusus sesuai perintah panglima TNI. Anggota 70% berasal Korps Infanteri dan 30% dari campuran kecabangan Korps artileri, kavaleri, CPM, Kesehatan, peralatan, perhubungan, Ajudan Jenderal, Intendant , Keuangan dan Angkutan. Kopassus mempunyai satuan penanggulangan teror yang dikenal dengan nama SAT 81 GULTOR dan Group khusus Intelijen Sandhi Yudha

Perbandingan di luar negeri : Green Berrets dan SAS Inggris

Sat 81 Gultor setara dengan Delta Force ( US ARMY walaupun anggota Delta konon ada yang berasal dari US NAVY )


2. Korpaskhas TNI AU : adalah korps kecabangan pasukan lintas udara dalam AU. Dalam perkembangannya pasukan LINUD AU ini berkembang menjadi salah satu pasukan yang bersifat KHUSUS dalam lingkungan TNI ditandai dengan munculnya konsep pelatihan komando dan brevet komando yang diadaptasi dari pendidikan komando Kopassus yang kemudian di upgrade oleh para petinggi paskhas sehingga pas untuk kebutuhan AU. Sesuai Namanya Pasukan ini melaksanakan tugas khusus "khas" matra udara. Prajurit direkrut langsung dari tamtama dan bintara muda ( PK ) dan Sumber perwira diambil dari berbagai korps kecabangan dalam AU. Korpaskhasau mempunyai Detasemen Bravo sebagai Detasemen Khusus Penanggulangan Teror khususnya di wilayah matra udara.

Perbandingan di luar negeri : USAF Special Tactic dan PVO ( Pasukan Pertahanan Udara Rusia)


Pasukan khusus TNI (Irreguler)



1. Kopaska : adalah organisasi "combat frogmen" resmi satu satunya dalam tubuh TNI. Kopaska adalah "Kopassus di alam bawah air" dalam operasi peperangan laut - amfibi. Anggota awal Kopaska memang adalah anggota Kopassus AD ( RPKAD ). Kopaska adalah pemegang "lisensi" dalam TNI untuk urusan underwater combat dan combat scuba. Semua unsur pasukan khusus TNI maupun pasukan reguler yang ingin memperdalam kemampuan selam tempur dan demolisi bawah air ( UDT ) berguru kepada KOPASKA. Prajurit KOPASKA direkrut dari pelaut, tehnisi atau prajurit AL ( non Marinir ) yang pernah bertugas di kapal perang. Hal ini disesuaikan dengan integrasi KOPASKA dalam SSAT ( Sistem Senjata Armada Terpadu ) Naval Warfare secara utuh. Berkaitan dengan sabotase bawah air (lepas pantai), operasi amfibi, penyapu ranjau dan perintis operasi amfibi bagi AL ( diterjunkan bersama Yon Taifib Marinir) dan operasi pengintaian. Apabila KOPASKA punya 1 KOmandan Pusat ( DANSATPASKA ) berpangkat Jenderal Bintang 1 ( LAKSMA ) maka KOPASKA berhak menyandang nama pasukan KOMANDO. Kultur KOPASKA sangat lekat dengan 2 saudaranya Kopassus dan Paskhas...yaitu Lipatan lengan panjang baju PDL loreng dilipat ke luar seperti halnya lipatan baju PDL AD dan AU. KOPASKA punya 2 detasemen gultor di wilayah barat dan timur dan 1 unit gultor gabungan dengan Personel korps Marinir yang dikenal dengan nama Detasemen Jala Mengkara

Perbandingan di luar negeri : US NAVY SEAL dan SBS ( Inggris)



2. Raider : Pasukan ini adalah konsep pengembangan Infanteri Gaya Baru pada awalnya. Pada masa awalnya, Raider adalah pasukan yang diciptakan untuk bisa digunakan dengan keadaan minimal tetapi hasilnya maksimal. Aplikasi saat itu adalah pasukan pemukul reaksi cepat dan peperangan hutan serta patroli panjang. Pasukan pertama yang berkualifikasi Raider adalah Batalyon 401 dan Batalyon 328. Setelah KOSTRAD terbentuk, menu latihan kualifikasi raider adalah mutlak bagi tiap personel LINUD KOSTRAD. Tetapi pertengahan tahun 1968, Kualifikasi Raider mulai terbuka untuk Yonif non KOSTRAD maupun lingkungan SATBANPUR dan Administrasi. Perlu dicatat saat itu tidak ada pendidikan kecabangan Infanteri setelah Pendidikan Pertama untuk semua golongan. Pelajaran Infanteri didapat ketika prajurit telah berda dalam kesatuannya masing2. Awal tahun 1980-an Batalyon berkualifikasi Raider dihapus tanpa sebab yang jelas. Tetapi bagi satuan satuan yang dulunya adalah satuan RAIDER, tetap menerapkan pelatihan ini secara intern kepada Prajurit baru sebagai syarat menjadi warga batalyon.
Sesuai tuntutan tugas TNI, maka kualifikasi Raider dihidupkan kembali dan di "up grade" dengan pola pertempuran modern tentang perang anti gerilya, perang berlarut, dan CQB ditambah konsep baru yaitu " Pasukan MOBUD" alias Air Assault. Pasukan dipelajari tehnik rappeling dari heli dengan benar. Khusus Raider Para ( yang berasal dari Yonif Linud KOSTRAD ) mendalami tentang combat troops dengan benar dan sabotase pangkalan udara. Personel Raider masih diseleksi lagi oleh Kopassus untuk 



mendalami Penanggulangan Teror. Menjadi pasukan CQB , mendalami pertempuran kota dan kontra teroris + penyelamatan sandera. Terdapat 10 Batalyon Raider di tiap KODAM dan 2 Divisi KOSTRAD + unit Gultor Raider Makostrad (Gabungan KOSTRAD)

Perbandingan luar negeri : US ARMY RANGER


3. Ton Tai Pur KOSTRAD : Pasukan berbentuk peleton ( 3 Peleton) ini dikhususkan untuk pengintaian tempur ( darat, laut dan udara), pengintaian jarak jauh, perang hutan dan anti gerilya. Berada di bawah kendali Detasemen Intelijen KOSTRAD. Ton Tai Pur dididik oleh Kopassus, KOPASKA dan KOSTRAD sendiri. Hal ini terkait dengan penjabaran tugas yang kompleks dalam pengintaian tempur utamanya untuk kepentingan pasukan KOSTRAD. Dalam pengembangannya TON TAI PUR diajarkan pula menjadi pasukan gultor yang bisa dioperasikan di wilayah perkotaan. Anggota Ton Tai Pur DIREKRUT DARI ANGGOTA TON TAI KAM DI SETIAP BRIGADE INFANTERI LINUD / LINMED KOSTRAD. Seluruh prajurit Ton Tai Pur harus mempunyai brevet PARA. Kelebihan Ton tai Pur dibandingkan dengan Taifib Marinir adalah medan penugasan yang lebih luas karena bernaung dalam matra darat ( Jend Ryamizard Ryachudu Pendiri Ton Tai Pur)

Perbandingan luar negeri : Sayeret mat'kal "The Unit" ( Israel ) dan Special Mission Battalion South Korean Army.



4. Yon Taifib Marinir : Pasukan ini dibentuk dengan konsep awal pengintaian pantai untuk kepentingan operasi amfibi korps marinir. Kemudian berkembang menjadi sekaligus pasukan penyerang apabila diperlukan. Karena itulah maka pasukan marinir yang satu ini diakui menjadi salah satu elit forces TNI. Pasukan ini dibagi dalam 2 batalyon ( pasmar 1 dan 2 ) dan anggotanya direkrut dari anggota marinir ( khususnya infanteri ,artileri dan kavaleri) yang telah bertugas min 2 tahun di korps marinir dan pernah bertugas tempur minimal 1 kali. Juga fisik dan stamina , pengetahuan militer, kualifikasi menembak, brevet para, water jump, IQ diatas rata2. Den Jaka adalah detasemen gultor yang anggotanya adalah anggota Taifib dan Kopaska. Kendali Komando Den Jaka terletak pada Dankormar.

Perbandingan luar negeri : US Marines Force Recon, 3rd Commando Marines ( Inggris )
5. Detasemen Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90) terbilang pasukan khusus Indonesia yang paling muda pembentukannya. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada 1990, Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara.

Pembentukan

Dari dasar ini, Bravo 90 diarahkan menjalankan tugas intelijen dalam rangka mendukung operasi udara, menetralisir semua potensi kekuatan udara lawan serta melaksanakan operasi-operasi khusus sesuai kebijakan Panglima TNI. Saat dibentuk, Bravo diperkuat 34 prajurit;¬ 1 perwira, 3 bintara, 30 tamtama. Entah kenapa, sejak dibentuk hingga akhir 1990-an, hampir tak pernah terdengar nama Bravo. Dalam masa "vakum" itu, anggotanya dilebur ke dalam Satuan Demonstrasi dan Latihan (Satdemolat) Depodiklat Paskhas. Baru pada 9 September 1999, dilaksanakan upacara pengukuhan Detasemen Bravo dengan penyerahan tongkat komando.

Pelatihan

Prajurit Bravo diambil dari prajurit para-komando terbaik. Setiap angkatan direkrut 5-10 orang. Untuk mengasah kemampuan antiteror, latihan dilakukan di pusat latihan serbuan pesawat GMF Sat-81 Gultor, latihan infiltrasi laut dalam rangkan penyerbuan pangkalan udara lepas pantai di pusat latihan Denjaka, latihan UDT (under water demolition) di sarana latihan Kopaska, latihan penjinakan bahan peledak di Pusdikzi Gegana, Polri, serta latihan anti-teror, terjun payung, HALO/HAHO dan demolisi di pusat pelatihan Special Air Service, Britania Raya

Detasemen Bravo 90 terbilang paling muda. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas AU pada 1990, Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsistanya di darat daripada harus bertempur di udara.
Dari dasar ini, Bravo 90 diarahkan menjalankan tugas intelijen dalam rangka mendukung operasi udara, menetralisir semua potensi kekuatan udara lawan serta melaksanakan operasi-operasi khusus sesuai kebijakan Panglima TNI. Saat dibentuk, Bravo diperkuat 34 prajurit ¬ 1 perwira, 3 bintara, 30 tamtama. Entah kenapa, sejak dibentuk hingga akhir 1990-an, hampir tak pernah terdengar nama Bravo. Dalam masa "vakum" itu, anggotanya dilebur ke dalam Satuan Demonstrasi dan Latihan Depodiklat Paskhas (Satdemolat). Baru pada 9 September 1999, dilaksanakan upacara pengukuhan Detasemen Bravo dengan penyerahan tongkat komando.

Prajurit Bravo diambil dari prajurit para-komando terbaik. Setiap angkatan direkrut 5-10 orang. Untuk mengasah kemampuan antiteror, latihan dilakukan di pusat latihan serbuan pesawat GMF Sat-81 Gultor, latihan infiltrasi laut dalam rangkan penyerbuan pangkalan udara lepas pantai di pusat latihan Denjaka, latihan UDT (under water demolition) di sarana latihan Kopaska.

Perbandingan luar negeri : NAVY SEALS 

6.  DENJAKA
Sekilas DENJAKA :
Menelusuri sejarah Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), bermula pada 4 Nopember 1982, ketika KSAL membentuk organisasi tugas dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla). Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya.

Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Intai Amfibi (Taifib) dan Pasukan Katak (Paska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.

Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13-11-1984), Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut. Merunut keputusan KSAL, Denjaka adalah komando pelaksana Kormar yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror, antisabotase, dan klandesten aspek laut atas perintah Panglima TNI.

Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara.

Secara umum materi pendidikan yang di ajarkan pada anggota Denjaka tidak banyak beda dengan unit unit komando lainnya di lingkungan TNI. Bedanya, karena ruang lingkup tugas dan operasinya lebih banyak di laut maka selain harus menguasai teknik pencapaian sasaran dengan cara lintas udara (airborne) baik menggunakan metode Static line maupun HAHO (High Altitude High Opening) serta HALO (High Altitude Low Opening) mereka juga harus berkualifikasi Combat Diver (Selam Tempur). Selain itu mereka juga harus menguasai lintas atas air senyap baik dengan berenang (Combat Swimmer) maupun dengan Rubber Boat dengan LCR (Landing Craft Rubber) maupun RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat). Pendek kata mereka harus menguasai kemampuan tempur matra Laut, Darat dan Udara (SEAL). Pasukan ini selain menguasai ilmu keprajuritan, para anggota Denjaka juga diajarkan dasar–dasar ilmu kejiwaan dan analisa situasi khusus.

Sebelum menyerang biasanya di kirim tim pendahulu yang bertindak sebagai negosiator ataupun pengumpul data intelejen tentang kemampuan, kekuatan, taktik, profil psikologis dan kelemahan para terrorist.

Unit serbu terdiri dari 3 team yaitu team permukaan (atas air), team bawah air, dan team lintas udara (airborne). Masing masing team berkekuatan 12 orang prajurit dengan spesialiasi macam macam. Sekalipun mereka memiliki spesialisasi beragam seperti Penjinakan bahan peledak (EOD), Komunikasi Elektronika, Medis, dan Intelejen, namun pada dasarnya mereka semua adalah generalis yang mampu melaksanakan berbagai macam tugas dalam berbagai situasi.

Dalam sebuah operasi counter terrorist, unsur kecepatan dan pendadakan adalah kunci dari keberhasilan misi. Dengan kecepatan dan pendadakan seringkali dapat di hindarkan jatuhnya korban dan kerusakan yang lebih besar. Untuk itu pasukan ini harus benar benar terlatih dengan baik, di bekali pengetahuan dan kemampuan yang cukup dan di perlengkapi dengan perlengkapan dan persenjataan yang memadai. Persenjataan yang sering dipakai oleh pasukan ini antara lain Pistol SIG SAUER P-226 dan P-228 kaliber 9 mm, Browning HP kaliber 9 mm, Sub Machine Gun UZI caliber 9 mm buatan Israel, H$K MP-5 (macam – macam varian) buatan Jerman, senapan serbu AK-47 (Russia), M-16 (USA), senapan runduk SG-550 (Swiss). Secara umum setiap anggota Denjaka harus mahir menggunakan senjata apa saja dari pisau hingga semua jenis senapan serbu dan bahkan mampu menggunakan benda benda yang tidak lazim dipakai sebagai senjata menjadi senjata yang berdaya bunuh tinggi dan cepat. Selain persenjataan, Denjaka dalam operasinya juga dilengkapi sejumlah peralatan pendukung seperti Perahu karet bermotor, peralatan scuba (open Circuit dan Closed Circuit), peralatan terjun, dll.

Karena tugas yang diemban sangatlah khusus maka pasukan ini pun selalu di penuhi kerahasiaan dan bahkan sejak awal di bentuk, seolah olah tidak diakui keberadaannya di lingkungan TNI. Bahkan misi misi yang dilaksanakan pun tidak dicatat resmi oleh Mabes TNI.

Salah satu keberhasilan pasukan ini adalah ketika melakukan penyelidikan kasus penculikan Mayor (Mar) Edianto Abbas yang menjabat komandan Satgas Rencong Sakti XI yang dilakukan di desa Cot Trieng Baroh, Lhokseumawe pada dinihari tanggal 5 Januari 1999.

Team Denjaka yang terdiri dari 3 orang di bawah pimpinan Let.Kol (Mar) Alfan Baharuddin bekerja dalam penyamaran yang sempurna ketika mengumpulkan data intelejen (intelligence gathering). Akhirnya jenazah Mayor (Mar) Eddianto Abbas dan seorang anggota Kodim 0103 Aceh Utara dapat ditemukan di dalam sebuah lubang sedalam 75 cm dengan kondisi menyedihkan setelah dikubur selama 82 hari.

Saat ini pembinaan pasukan Denjaka berada di bawah Komandan Jenderal Korps Marinir.

Untuk menjadi anggota Denjaka, seorang calon harus berkualifikasi Intai Amfibi dan memenuhi persyaratan persyaratan berat lainnya di antaranya adalah kemampuan fisik dan intelejensia yang di atas rata rata.

 Mempunyai Militer yang kuat otomatis akan menjadi NEGARA KUAT !!! oleh karena itu Bravo TNI, jayalah Selalu !!!


http://www.nuwie.co.cc/