Menjajal Kekuatan
Kopassus VS Gurkha
Ternyata tentara gurkha itu punya saingan yaitu KOPASSUS dari Indonesia, ini
adalah pernyataan salah satu komandan satuan tersebut yang bernama Letnan
Phillips. Dia menceritakan bahwa antara KOPASSUS dan Gurkha merupakan satuan
anti teror yang sangat di rahasiakan keberadaannya, dan bahkan aspek komunikasi
antara satuan sangat rahasia sekali.
Badge Gurkha
Letnan Phillips mengatakan saat Inggris pernah menjajal kekuatan Pasukan
Khususnya di Kalimantan dekat perbatasan Malaysia & Indonesia, ternyata
KOPASSUS lebih sigap & lebih licik dari yang mereka duga, saat itu beberapa
Pasukan Gurkha Inggris mati dengan taktik perang Hutannya. Dan saat duel satu
lawan satu Tentara Gurkha mati dengan di tikam di bagian lambung sebelah kanan
dan dengan leher kanan belakang di tusuk jarum pentul yang di bawa oleh
Kopassus tersebut.
Semenjak saat itu Inggris menganggap misi tersebut harus segera di stop, karena
bisa membuat tentara kwalahan akibat perang hutan yang mencapai hampir 2 bulan
tersebut.
Satuan Tugas Rajawali Kompi Pemburu [Kopassus]
Spoiler for tentara:
Tentang kompi pemburu Rajawali yang bertugas di Timor-Timur (Timor Leste
Sekarang) sekedar mengenang perjuangan prajurit-prajurit yang bertempur untuk
negara tanpa pernah bertanya untuk apa mereka berjuang..
Pembentukan
Brevet Pemburu
Pasukan rajawali dibentuk tahun 1995 bertugas terakhir tahun 1998 setelah itu
dibubarkan karena katanya terlalu hunter killer, fretilin tidak mau kontak
dengan pasukan ini karena dijamin pasti rugi dan pasukan ini bersifat mobile
jadi tidak pernah mau bawa tawanan.
Pasukan Rajawali terdiri dari 10 kompi pemburu ( 2 kompi Parako Kopassus, 3
Kompi Marinir TNI AL dan 5 Kompi Yonif TNI AD) ditambah staf untuk Denpur
Mobile dan Staf Koops.
Pendidikan (Pratugas) dilaksanakan di Pusdik Passus selama 3 bulan dengan
materi utama mengesan jejak, patroli jarak jauh, pertempuran hutan gunung,
pertempuran jarak dekat, bunuh senyap, penyergapan/penghadangan, serangan
bivak, serangan mobile udara (air assault) dll. Selama latihan di Pusdik Passus
tidak mengenal peluru hampa, semua latihan dilakukan dengan amunisi tajam (live
ammunition).Latihan dilaksanakan dengan keras (tentara Inggris yang pernah
ikutan latihan langsung menyerah).
Perlengkapan :
Senjata :
Spoiler for senjata:
Pistol Pindad P1
Pstol Sig Sauer P226
Pistol Mitraliur HK MP5SD
M249 buatan belgia
Senapan Serbu SS1
Senapan Serbu M16A1 dengan Pelontar Granat M203
Senapan Serbu AK 47
Minimi M249 Mk1
M60 GPMG
Styer SSG 69 Sniper rifle
Granat GT5 PE
Granat K75
Flash bang
Magasen 8 buah (peluru cadangan 440 butir sekali bawa) per orang
Tabung Pelontar / Granat senapan 2 buah per orang
peluru GLM40mm 6 butir per pucuk untuk grenadier
Alat optik :
Kompas
Teropong 7x50
Teropong 6x30
NVG (Night Vision Google)
GPS Maggelans
Perlengkapan perorangan: 30 items
Perlengkapan tambahan :
Penjernih air portabel
Hammock
Sleeping Bag
Matras
Tali carmantel 20m + eight decender, carabiner, holster
Rompi anti peluru
Helm Kevlar
Pisau survival Aviator
Kantong mayat
Alat pertolongan pertama perorangan
Penugasan :
Pasukan Rajawali dibagi dalam 3 detasemen tempur, masing-masing detasemen
dibagi dalam 3 kompi pemburu (tiap kompi 125 orang anak muda),pasukan bergerak
dalam team yang terdiri dari 1 perwira dengan 24 orang anggota. Team biasanya
dipecah lagi menjadi 4 unit kecil yang bergerak dengan tehnik jaring laba-laba,
musuh yang masuk dijamin pasti matek ona (mampus dlm bahasa tetun). Unit
bergerak dalam 4 poros saling melindungi, tiap poros ada satu grendier sebagai
senjata penghancur. Pasukan Rajawali tidak pernah membawa minimi karena terlalu
berat untuk dibawa berlari memburu krebo-krebo hutan.
Kopassus vs SAS-Inggris
SAS Inggris pernah dipecundangi RPKAD (Kopassus)
Spoiler for vs sas:

Ini cerita tentang the first British SAS soldiers killed by a South East Asian
soldier (yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari RPKAD/Kopassus )
Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika Indonesia sedang
berkonfrontasi dengan Malingsial. Lokasi pertempuran di desa Mapu, Long Bawan,
perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah.
Saat itu batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja terbentuk.
batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke kalimantan barat. Mereka
mendarat di Pontianak bulan Februari 1965, dan segera setelah itu mereka
berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang jaraknya puluhan kilometer
dari lapangan terbang.
Tentara SAS Gabungan
Pos Balai Karangan merupakan pos terdepan TNI yang sebelum kedatangan RPKAD
dijaga oleh infanteri dari batalion asal Jatim. Sekitar 1 km di depan pos Balai
Karangan adalah pos terdepan tentara Inggris di desa Mapu yang dijaga oleh satu
kompi British paratrooper dan beberapa orang SAS. Menyerang pos inilah yang
menjadi misi khusus batalion RPKAD. Pos Mapu tersebut sering digunakan sebagai
transit bagi personel SAS yang akan menyusup ke wilayah Indonesia. TNI ingin
hal ini dihentikan dengan langsung melenyapkan pos tersebut.
Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang
dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak jauh.
Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya yang kira-kira
terpisah sejauh 32 km.
Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk
melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan untuk
melakukan misi reconnaisance untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas.
Mereka juga memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan
bagi penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya.
Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin melakukan
pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut berpapasan tanpa
sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan membuyarkan rencana
penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat berhati-hati dalam menjalankan
misinya. Bahkan mereka menggunakan seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk
mengelabui musuh apabila terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak
dalam misi recon tersebut.
Logo SAS British
Setelah sebulan mempersiapkan penyerangan, pada 25 April 1965 gladi bersih
dilakukan. Dari tiga kompi RPKAD yang ada di pos Balai Karangan. Komandan
batalion, Mayor Sri Tamigen, akhirnya memutuskan hanya kompi B (Ben Hur) yang
akan melakukan penyerangan. Sementara 2 kompi lainnya tetap berada di wilayah
Indonesia untuk berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.
Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai
dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia,
dan Bangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya
digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau.
Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan
selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa Mapu
pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur posisi seperti
strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya.
Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang
masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi oleh
kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk merebut pos
ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut dan bertarung
jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar perimeter tidak akan
menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia lubang-ubang perlindungan yang
sangat kuat.
Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui penyerangan
tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan gerakan puluhan
prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar pos tersebut.
Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar ke tiga
arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka serangan
sekaligus penarik perhatian. Kedua peleton lainnya akan bergerak dari samping/rusuk
dan akan menjebol perimeter dengan bagalore torpedoes agar para prajurit RPKAD
bisa masuk ke dalam dan melakukan close combat.
Pada jam 0430 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka serangan
dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan musuh. Segera
setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore torpedoes mereka dan
terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos tersebut. Puluhan prajurit
RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke dalam pos untuk mencari musuh.
Tentara SAS-British Action
Prajurit Inggris berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena tidak siap
dan sangat terkejut karena mereka tidak menduga akan diserang pada jarak dekat.
Apalagi saat itu sebagian rekan mereka sedang keluar dari pos untuk berpatroli.
Yang tersisa adalah 34 prajurit Inggris. Hal ini memang telah dipelajari recon
RPKAD, bahwa ada hari-hari tertentu dimana 2/3 kekuatan di pos tersebut keluar
untuk melakukan patroli atau misi lainnya. Dan hari itulah yang dipilih untuk
hari penyerangan.
Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun pertahanan.
Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus melakukan pertempuran
jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD terkena tembakan dan gugur.
Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan berhasil menewaskan beberapa
tentara Inggris dan melukai sebagian besar lainnya. Tentara Inggris yang
tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru terakhir mereka habis karena mereka
telah terkepung.
Diantara yang terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang brutal tersebut
adalah seorang anggota SAS. Ini adalah korban SAS pertama yang tewas ditangan
tentara dari ASEAN. Namun sayangnya Inggris membantah hal ini. Bahkan dalam
buku karangan Peter Harclerode berjudul "Para! Fifty Years of the
Parachute Regiment halaman 261 pemerintah Inggris malah mengklaim mereka
berhasil menewaskan 300 prajurit RPKAD dalam pertempuran brutal tersebut.
Lucunya klaim pemerintah Inggris ini kemudian dibantah sendiri oleh penulis
buku tersebut di halaman 265, ia menyebutkan bahwa casualties RPKAD hanya 2
orang. Secara logis memang angka 300 tidak mungkin karena pasukan yang
menyerang hanya satu kompi. Pemerintah Inggris melakukan hal tersebut untuk
menutupi rasa malu mereka karena dipecundangi tentara dari dunia ketiga, bahkan
salah satu prajurit dari kesatuan terbaik mereka ikut terbunuh dalam
pertempuran tersebut.
Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit RPKAD
yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena mereka
mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta bala bantuan
Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak sempat mengambil tawanan
karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju mereka.
Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita oleh
rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran mendapatkan
promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi hadiah pemotongan masa
tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan Presiden Soekarno pada upacara
peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1965.
Itulah cerita heroik batalion 2 RPKAD, cikal bakal Grup 2 Kopassus.
Menjajal Kekuatan
Kopassus VS Gurkha
Ternyata tentara gurkha itu punya saingan yaitu KOPASSUS dari Indonesia, ini adalah pernyataan salah satu komandan satuan tersebut yang bernama Letnan Phillips. Dia menceritakan bahwa antara KOPASSUS dan Gurkha merupakan satuan anti teror yang sangat di rahasiakan keberadaannya, dan bahkan aspek komunikasi antara satuan sangat rahasia sekali.
Badge Gurkha
Letnan Phillips mengatakan saat Inggris pernah menjajal kekuatan Pasukan Khususnya di Kalimantan dekat perbatasan Malaysia & Indonesia, ternyata KOPASSUS lebih sigap & lebih licik dari yang mereka duga, saat itu beberapa Pasukan Gurkha Inggris mati dengan taktik perang Hutannya. Dan saat duel satu lawan satu Tentara Gurkha mati dengan di tikam di bagian lambung sebelah kanan dan dengan leher kanan belakang di tusuk jarum pentul yang di bawa oleh Kopassus tersebut.
Semenjak saat itu Inggris menganggap misi tersebut harus segera di stop, karena bisa membuat tentara kwalahan akibat perang hutan yang mencapai hampir 2 bulan tersebut.
Satuan Tugas Rajawali Kompi Pemburu [Kopassus]
Pembentukan
Brevet Pemburu
Pasukan rajawali dibentuk tahun 1995 bertugas terakhir tahun 1998 setelah itu dibubarkan karena katanya terlalu hunter killer, fretilin tidak mau kontak dengan pasukan ini karena dijamin pasti rugi dan pasukan ini bersifat mobile jadi tidak pernah mau bawa tawanan.
Pasukan Rajawali terdiri dari 10 kompi pemburu ( 2 kompi Parako Kopassus, 3 Kompi Marinir TNI AL dan 5 Kompi Yonif TNI AD) ditambah staf untuk Denpur Mobile dan Staf Koops.
Pendidikan (Pratugas) dilaksanakan di Pusdik Passus selama 3 bulan dengan materi utama mengesan jejak, patroli jarak jauh, pertempuran hutan gunung, pertempuran jarak dekat, bunuh senyap, penyergapan/penghadangan, serangan bivak, serangan mobile udara (air assault) dll. Selama latihan di Pusdik Passus tidak mengenal peluru hampa, semua latihan dilakukan dengan amunisi tajam (live ammunition).Latihan dilaksanakan dengan keras (tentara Inggris yang pernah ikutan latihan langsung menyerah).
Perlengkapan :
Senjata :
Pistol Pindad P1
Pstol Sig Sauer P226
Pistol Mitraliur HK MP5SD
M249 buatan belgia
Senapan Serbu SS1
Senapan Serbu M16A1 dengan Pelontar Granat M203
Senapan Serbu AK 47
Minimi M249 Mk1
M60 GPMG
Styer SSG 69 Sniper rifle
Granat GT5 PE
Granat K75
Flash bang
Magasen 8 buah (peluru cadangan 440 butir sekali bawa) per orang
Tabung Pelontar / Granat senapan 2 buah per orang
peluru GLM40mm 6 butir per pucuk untuk grenadier
Alat optik :
Kompas
Teropong 7x50
Teropong 6x30
NVG (Night Vision Google)
GPS Maggelans
Perlengkapan perorangan: 30 items
Perlengkapan tambahan :
Penjernih air portabel
Hammock
Sleeping Bag
Matras
Tali carmantel 20m + eight decender, carabiner, holster
Rompi anti peluru
Helm Kevlar
Pisau survival Aviator
Kantong mayat
Alat pertolongan pertama perorangan
Penugasan :
Pasukan Rajawali dibagi dalam 3 detasemen tempur, masing-masing detasemen dibagi dalam 3 kompi pemburu (tiap kompi 125 orang anak muda),pasukan bergerak dalam team yang terdiri dari 1 perwira dengan 24 orang anggota. Team biasanya dipecah lagi menjadi 4 unit kecil yang bergerak dengan tehnik jaring laba-laba, musuh yang masuk dijamin pasti matek ona (mampus dlm bahasa tetun). Unit bergerak dalam 4 poros saling melindungi, tiap poros ada satu grendier sebagai senjata penghancur. Pasukan Rajawali tidak pernah membawa minimi karena terlalu berat untuk dibawa berlari memburu krebo-krebo hutan.
Kopassus vs SAS-Inggris
SAS Inggris pernah dipecundangi RPKAD (Kopassus)

Ini cerita tentang the first British SAS soldiers killed by a South East Asian soldier (yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari RPKAD/Kopassus )
Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malingsial. Lokasi pertempuran di desa Mapu, Long Bawan, perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah.
Saat itu batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja terbentuk. batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke kalimantan barat. Mereka mendarat di Pontianak bulan Februari 1965, dan segera setelah itu mereka berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang jaraknya puluhan kilometer dari lapangan terbang.
Tentara SAS Gabungan
Pos Balai Karangan merupakan pos terdepan TNI yang sebelum kedatangan RPKAD dijaga oleh infanteri dari batalion asal Jatim. Sekitar 1 km di depan pos Balai Karangan adalah pos terdepan tentara Inggris di desa Mapu yang dijaga oleh satu kompi British paratrooper dan beberapa orang SAS. Menyerang pos inilah yang menjadi misi khusus batalion RPKAD. Pos Mapu tersebut sering digunakan sebagai transit bagi personel SAS yang akan menyusup ke wilayah Indonesia. TNI ingin hal ini dihentikan dengan langsung melenyapkan pos tersebut.
Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak jauh. Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya yang kira-kira terpisah sejauh 32 km.
Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan untuk melakukan misi reconnaisance untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas. Mereka juga memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan bagi penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya.
Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin melakukan pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut berpapasan tanpa sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan membuyarkan rencana penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat berhati-hati dalam menjalankan misinya. Bahkan mereka menggunakan seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk mengelabui musuh apabila terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak dalam misi recon tersebut.
Logo SAS British
Setelah sebulan mempersiapkan penyerangan, pada 25 April 1965 gladi bersih dilakukan. Dari tiga kompi RPKAD yang ada di pos Balai Karangan. Komandan batalion, Mayor Sri Tamigen, akhirnya memutuskan hanya kompi B (Ben Hur) yang akan melakukan penyerangan. Sementara 2 kompi lainnya tetap berada di wilayah Indonesia untuk berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.
Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia, dan Bangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau.
Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa Mapu pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur posisi seperti strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya.
Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi oleh kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk merebut pos ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut dan bertarung jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar perimeter tidak akan menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia lubang-ubang perlindungan yang sangat kuat.
Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui penyerangan tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan gerakan puluhan prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar pos tersebut.
Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar ke tiga arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka serangan sekaligus penarik perhatian. Kedua peleton lainnya akan bergerak dari samping/rusuk dan akan menjebol perimeter dengan bagalore torpedoes agar para prajurit RPKAD bisa masuk ke dalam dan melakukan close combat.
Pada jam 0430 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka serangan dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan musuh. Segera setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore torpedoes mereka dan terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos tersebut. Puluhan prajurit RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke dalam pos untuk mencari musuh.
Tentara SAS-British Action
Prajurit Inggris berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena tidak siap dan sangat terkejut karena mereka tidak menduga akan diserang pada jarak dekat. Apalagi saat itu sebagian rekan mereka sedang keluar dari pos untuk berpatroli. Yang tersisa adalah 34 prajurit Inggris. Hal ini memang telah dipelajari recon RPKAD, bahwa ada hari-hari tertentu dimana 2/3 kekuatan di pos tersebut keluar untuk melakukan patroli atau misi lainnya. Dan hari itulah yang dipilih untuk hari penyerangan.
Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun pertahanan. Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus melakukan pertempuran jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD terkena tembakan dan gugur. Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan berhasil menewaskan beberapa tentara Inggris dan melukai sebagian besar lainnya. Tentara Inggris yang tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru terakhir mereka habis karena mereka telah terkepung.
Diantara yang terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang brutal tersebut adalah seorang anggota SAS. Ini adalah korban SAS pertama yang tewas ditangan tentara dari ASEAN. Namun sayangnya Inggris membantah hal ini. Bahkan dalam buku karangan Peter Harclerode berjudul "Para! Fifty Years of the Parachute Regiment halaman 261 pemerintah Inggris malah mengklaim mereka berhasil menewaskan 300 prajurit RPKAD dalam pertempuran brutal tersebut. Lucunya klaim pemerintah Inggris ini kemudian dibantah sendiri oleh penulis buku tersebut di halaman 265, ia menyebutkan bahwa casualties RPKAD hanya 2 orang. Secara logis memang angka 300 tidak mungkin karena pasukan yang menyerang hanya satu kompi. Pemerintah Inggris melakukan hal tersebut untuk menutupi rasa malu mereka karena dipecundangi tentara dari dunia ketiga, bahkan salah satu prajurit dari kesatuan terbaik mereka ikut terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit RPKAD yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena mereka mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta bala bantuan Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak sempat mengambil tawanan karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju mereka.
Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita oleh rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran mendapatkan promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi hadiah pemotongan masa tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan Presiden Soekarno pada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1965.
Itulah cerita heroik batalion 2 RPKAD, cikal bakal Grup 2 Kopassus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar